SPENDA ACTIVITY AND POSITIVE CULTURE
(SAVTURE) SMP NEGERI 2 CIANJUR
Oleh: Sri Rini Wahyuni, M.Pd.
(Guru SMP Negeri 2 Cianjur)
RANCANGAN PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID
I. Tujuan Program
Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Satu dari program yang akan dikembangkan di sekolah kami yaitu pembelajaran literasi. Pembelajaran ini sangat memengaruhi proses belajar peserta didik. Melalui kegiatan literasi peserta didik dapat mengembangkan potensinya dalam hal membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Adapun tujuan yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatkan jiwa kepemimpinan dan menumbuhkan minat berliterasi khususnya di sekolah. Dalam kegiatan ini peserta didik dilatih untuk mampu bertanya jawab dan mampu menyampaikan hasil membacanya di muka kelas.
II. Tahapan BAGJA sebagai kontekstualisasi dari 5D (Define, Discovery, Dream, Design, Destiny/Deliver)
Tahapan BAGJA | Panduan Tahapan | Hasil Tahapan | |
B-uat Pertanyaan | Buatlah pertanyaan untuk mengarahkan kita kepada penelusuran hal-hal yang akan kita lakukan | Bagaimana cara meningkatkan kepemimpinan peserta untuk menjadi agen perubahan anti perundungan?Bagaimana cara meningkatkan rasa percaya diri peserta didik ketika melakukan presentasi laporan membaca di awal atau di akhir pembelajaran? | |
A-mbil Pelajaran | Ceritakan dan tuliskan pengalaman/kegiatan baik, prestasi yang pernah terjadi yang berhubungan dengan topik bahasan (kepemimpinan, kepercayaan diri peserta didik di sekolah) | Peserta didik tidak berani melakukan perundungan Peserta didik dapat menularkan praktik baik anti perundungan kepada teman sejawat.Peserta didik terbiasa membaca buku fiksi dan non fiksi di awal pembelajaran.Peserta didik merasa percaya diri ketika ia mempresentasikan hasil membacanya di muka kelas.Peserta didik menuangkan gagasan/ide hasil membacanya ke dalam bentuk gambar, infografis, tulisan atau karya sastra. | |
G-ali Mimpi | Buat gambaran rinci kondisi ideal atau mimpi kita terkait topik bahasan: Kepemimpinan dan kepercayaan diri seperti apa yang dibayangkan ada dalam diri peserta didikPerilaku apa saja yang ada pada peserta didik dalam kepemimpinan dan kepercayaan dirinya.Perilaku guru seperti apa yang mendorong kepemimpinan dan kepercayaan diri siswa Hal apa saja yang perlu dimiliki untuk meningkatkan kepemimpinan dan kepercayaan diri peserta didikPerilaku orang tua seperti apa yang mendorong kepemimpinan dan kepercayaan diri putra-putrinya. | Setiap peserta didik mampu menjadi agen perubahan anti perundungan dan dapat menularkan ilmu yang didapatkan kepada teman-temannya, serta menjadi teladan bagi teman-temannya. Peserta didik lebih percaya diri ketika melakukan presentasi laporan membaca buku di muka kelas.Peserta didik lebih terampil dalam mengomunikasikan hasil laporan membacanya di muka kelas.Wawasan peserta didik meningkat dan mampu membuat karya dari hasil membacanya.Orang tua mampu memotivasi dan bangga dengan pencapaian putra-putrinya dalam hal kepemimpinan dan kepercayaan dirinya. | |
J-abarkan Rencana | Membuat cara/strategi mencapai mimpi-mimpi yang sudah kita tuliskan: Rencana/strategi apa yang perlu dilakukan (siapa melakukan apa)?Bagaimana memonitor dan mengevaluasi rencana tersebut (bisa melihat format kerangka Monev) | Rencana Program: Menyampaikan kepada Kepala Sekolah, berkoordinasi dengan guru mapel b. Indonesia, wali kelas dan bagian kurikulum untuk menyampaikan rencana pelaksanaan program laporan literasi membaca dan berbicara di awal atau di akhir pembelajaran. Guru Bahasa Indonesia menyusun program peningkatan kompetensi siswa dalam kepemimpinan dan membangun kepercayaan diri peserta | |
didik di bidang literasi membaca dan berbicara. Peserta didik melakukan pelatihan terkait anti perundungan, mengisi kegiatan di LMS, dan melakukan praktik baik setiap seminggu sekali dengan bimbingan guru, selanjutnya menularkan praktik baiknya kepada teman-teman sejawat.Guru memberikan penilaian baik penilaian sikap maupun akademik. Peserta didik mempresentasikan laporan hasil membacanya di muka kelas dengan penuh percaya diri di awal atau di akhir pembelajaran.Peserta didik menuangkan ide/gagasan dari hasil membacanya ke dalam bentuk karya tulis/sastra/ gambar, dll. Guru mapel yang mengajar di awal atau di akhir pembelajaran memberikan penilaian sikap percaya diri minimal baik kepada peserta didik yang melakukan presentasi.Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh guru dan peserta didik ketika proses tanya jawab dan presentasi berlangsung juga movev secara berkala. | |||
A-tur Eksekusi | Menentukan tim inti program: Siapa koordinator/ penanggung jawab pelaksanaan program Siapa yang bertugas memonitor dan engevaluasi jalannya program Siapa yang bertugas membuat laporan program Bagaimana cara komunikasi/koordinasi yangdilakukan tim (melalui pertemuan (diskusi), rapat mingguan/bulanan dll) untuk memberi kabar satu sama lain tentang jalannya program | Penanggung jawab dan pengarah adalah guru bahasa Indonesia/guru penggerak.Yang melakukan monev yaitu guru bahasa Indonesia dan wali kelas. Semua murid terlibat secara aktif dan bertanggung jawab dalam peningkatan agen perubahan anti perundungan dan presentasi laporan membaca.Yang menyusun laporan yaitu wali kelas dan PJP (guru bahasa Indonesia) bekerja sama dengan pengajar dan wali kelas.Tim monev, PJP, dan wali kelas melakukan pertemuan berkala setiap sebulan sekali untuk memantau jalannya program. | |
III. Rencana Monitoring, Evaluasi, Pembelajaran, dan Pelaporan
Monitoring, Evaluation, Learning, and Reporting (MELR)
- Monitoring dan evaluasi (Monitoring and Evaluation), atau lebih mudah disingkat dengan M&E, perlu disinergikan dengan kegiatan atau program yang sedang berjalan dengan melakukan perencanaan, tindakan, dan refleksi. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan menggunakan dua belas prinsip dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman. Pada kegiatan literasi ini yang memonitor dan mengevaluasi kegiatan adalah TIM Monev yang terdiri atas kepala sekolah, wakabid kurikulum, wakabid kesiswaan, peserta didik, wali kelas, penanggung jawab program dalam hal ini guru mapel, dan wali kelas. Monev dilakukan setelah ekgiatan berlangsung selama 1 bulan. Adapun pantauan harian kegiatan dilakukan oleh guru dan peserta didik yang mengampu mapel pada saat kegiatan literasi berlangsung. Setelah monev dilakukan selanjutnya kami melakukan refleksi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan serta capaian peserta didik.
- PEMBELAJARAN (Learning)
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan berpedoman kepada hal-hal berikut ini.
1. Fact (Fakta ): Catatan objektif tentang apa yang terjadi. Selama kegiatan berlangsung, kami mencatat jurnal harian terkait fakta yang terjadi.
2. Feeling (Perasaan): Reaksi emosional terhadap situasi. Pada bagian ini kami memantau bagaimana perasaan yang timbul dari peserta didik maupun guru pembimbing.
3. Finding (Temuan): Pembelajaran konkret yang dapat diambil dari situasi tersebut. Dalam kegiatan ini kami mengambil pembelajaran positif sebagai bahan tinak lanjut.
4. Future (Masa Depan): Menyusun pembelajaran digunakan di masa depan. Dalam tahap ini kami menyusun pembelajaran yang akan diguankan di masa depan.
- LAPORAN (Reporting)
Tujuan penyusunan laporan adalah untuk menjadikan informasi yang disampaikan jelas dan mudah dipahami. Oleh karena itu, materi laporan yang disampaikan hanya yang perlu diketahui oleh pihak pembaca. Pada umumnya laporan digunakan untuk menyampaikan tujuan yang bersifat umum sebagai berikut:
1. Memantau dan mengendalikan suatu kegiatan.
2. Membantu mengimplementasikan kebijakan dan prosedur yang telah ditentukan
3. Memenuhi persyaratan.
4. Mendokumentasikan kegiatan
5. Merupakan pedoman untuk persoalan tertentu
Laporan kegiatan ini disusun oleh penanggung jawab program, dalam hal ini adalah guru mapel bahasa Indonesia. Kemudian hasil laporan disampaikan kepada kepala sekolah, wali kelas, dan orang tua peserta didik.
IV. Pelibatan Orang Tua dan Komunitas
Untuk mengimplementasikan kegiatan ini tentu akan melibatkan orang tua peserta didik dan komunitas. Sebelum melakasankan kegiatan ini terlebih dahulu menyosialisasikan program kepada kepala sekolah, wakabid kurikulum, wakabid kesiswaan, guru mapel, wali kelas, dan orang tua peserta didik. Keterlibatan orang tua peserta didik sangat diperlukan dalam hal penyediaan sarana seperti buku bacaan yang nantinya akan digunakan untuk bacaan putra putrinya. Sementara itu guru mapel bahasa Indonesia berperan memonitoring kegiatan kepemimpinan dan literasi membaca dan berbicara.
V. Durasi Program
Program ini insyaallah akan dilaksanakan secara terus menerus sampai akhirnya tumbuh pembiasaan. Namun untuk sementara ini, dalam jangka pendek saya akan memulai kegiatan selama durasi 1 bulan untuk melihat perubahan yang tampak dari peserta didik. Apakah kegiatan yang dilakasankan ini berdampak kepada pembiasaan kepemimpinan dan sikap percaya diri peserta didik ataukah tidak. Selanjutnya kegiatan ini untuk sementara waktu akan saya laksanakan di kelas saya ampu.
B. AKSI NYATA PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID
I. PERISTIWA (FACT)
1. Latar Belakang Situasi yang dialami Calon Guru Penggerak
Generasi masa kini merupakan generasi emas yang akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa. Untuk mewujudkan pemimpin masa depan haruslah dirintis sejak dini. SMP Negeri 2 Cianjur merupakan salah satu sekolah yang memiliki visi menumbuhkan karakter budaya positif dalam hal kepemimpinan dan literasi. Dua kegiatan yang dikembangkan di sekolah kami ini merupakan bagian dari sekian program aksi nyata sebagai perwujudan karakter budaya positif sekolah. Budaya sekolah yang dibangun yaitu penanaman sikap anti perundungan (ROOT) melalui Gerakan Antiperundungan Siswa SMP Negeri 2 Cianjur (Gradasi SPENDA) dan penanaman literasi membaca dan bercerita melalui Gerakan Merdeka Literasi Pelajar SMP Negeri 2 Cianjur (Gemerlap SPENDA)
Kedua aktivitas tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik sesuai dengan amanat yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD) “Guru senantiasa menuntun kodrat alam dan kodrat zaman untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Sejalan dengan pemikiran KHD tujuan pendidikan nasional pun berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Tujuan pendidikan menurut KHD maupun Tujuan Pendidikan Nasional (TUPENAS) telah menggerakkan hati saya untuk membangun karakter peserta didik menjadi pemimpin masa depan melalui program antiperundungan dan pembiasaan literasi membaca dan berbicara di sekolah.
Yang mendasari saya mengambil program anti perundungan ini karena dewasa ini banyak sekali pelajar yang tidak mengindahkan kesantunan dalam berbicara maupun dalam berperilaku. Maka melalui program Gradasi SPENDA, diharapkan adanya perubahan sikap yang konsisten untuk terus menghidndari perundungan, baik di kelas, di sekolah, maupun di masyarakat. Selain program perundungan, saya pun mencetuskan penguatan literasi dalam hal membaca dan berbicara melalui merdeka literasi.
Penumbuhan karakter peserta didik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran yang berpihak dan berdampak pada murid. Dengan demikian setiap program yang dikembangkan di sekolah semuanya harus bermuara pada peningkatan karakter peserta didik. Sebagai calon guru penggerak saya merasa terpanggil untuk melakukan aksi nyata di sekolah melalui program kepemimpinan dan literasi sekolah. Program kepemimpinan yang kami lakukan yaitu anti perundungan, sedangkan program literasi berhubungan dengan membaca dan bercerita. Sebagai calon guru penggerak dan seorang pendidik saya berperan untuk menuntun mereka agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dan memiliki jiwa pemimpin dan menjadi seorang literat. Kepemimpinan merupakan modal utama bagi mereka karena ke depannya mereka akan bertugas sebagai agen perubahan yang mampu mendorong dan mengajak teman-temannyanya untuk senantiasa berbicara dan bersikap secara santun dan terpuji. Selain itu, saya pun berperan sebagai seorang guru yang mampu membimbing mereka dalam bidang literasi membaca dan berbicara. Kedua kegiatan ini tentunya akan mengarah kepada nilai sikap yang positif dan peningkatan kemampuan membaca dan berbicara yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan wawasan dan pola pikir murid dalam menyongsong arus globalisasi dan mampu menjawab tantangan masa kini yang semakin tergerus oleh arus negatif digitalisasi. Aksi nyata ini merupakan kegiatan untuk menciptakan budaya positif sekolah yang bermula dari kelas.
2. Deskripsi Aksi Nyata
Aksi nyata yang dilaksanakan CGP bertema “Meningkatkan Jiwa Kepemimpinan melalui Program Anti Perundungan dan Kemerdekaan Literasi Membaca dan Berbicara di SMP Negeri 2 Cianjur”. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran peserta didik agar tidak melakukan perundungan di mana pun ia berada dan meningkatkan kemampuan membaca dan berbicara di sekolah.
Kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Perundungan merupakan proses, cara, perbuatan merundung (KBBI online). Perundungan bisa berkaitan dengan tindak kekerasan, baik secara fisik maupun non fisik. Tidak kekerasan fisik merupakan perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Sedangkan tindak kekerasan psikis atau non fisik merupakan tindak perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Tindakan psikis ini dapat berupa kekerasan verbal, kekerasan gender. kekerasan seksual, kekerasan ekonomi, kekerasan eksploitasi anak, dan lainnya.
Literasi merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Dalam perkembangannya literasi telah bergeser ke makna yang lebih luas lagi. Kemampuan berbicara pun merupakan bagian dari literasi karena berbicara merupakan aktivitas keterampilan dalam menyampaikan informasi secara lisan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaan.
3. Rencana tindakan aksi nyata:
- Sebelum melakukan kegiatan terlebih daluhu CGP mengomunikasikan rencana ini kepada kepala sekolah, wakabid kurikulum, wakbid humas, wakabid kesiswaan, koordinator literasi, wali kelas, dan guru pengajar di jam pertama dan terakhir.
- Membangun kerja sama dengan semua pihak dan terutama Tim Monev.
- Kegiatan anti perundungan dilakukan oleh calon agen perubahan sebanyak 30 orang yang dipilih berdasarkan kemampuannya dalam memimpin kelas maupun Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK), dan organisasi siswa lainnya yang ada di sekolah. Kegiatan ini dilakukan selama seminggu sekali dalam waktu kurang lebih dua bulan kemudian mereka bertugas menyampaikan hasil pelatihannya kepada teman-temannya dan memberikan contoh atau suri teladan kepada teman-temannya.
- Aksi kegiatan anti perundungan: Kegiatan diawali dengan pelatihan yang dilakukan oelh calon agen perubahan selama satu bulan. Selanjutnya mereka berkewajiban untuk meneruskan informasi yang telah diperolehnya kepada teman-temannya dan mengajak mereka untuk menghindari perundungan atau anti perundungan.
- Kegiatan literasi dilakukan 15’ sebelum pembelajaran pertama dimulai dan di akhir pembelajaran. Dialkukan oleh seluruh peserta didik, meliputi kelas 7, 8, dan 9. Kegiatan yang dilakukan membaca lalu mepresentasikan hasil membacanya di muka kelas. Setelh itu mereka membuat karya berupa fishbone, AIH, infografis, komik, puisi, cerpen, atau karya lainnya sesuai dengan bakat dan minat masing-masing.
4. Hasil dari Aksi Nyata
Hasil dari aksi nyata yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
Kepemimpinan dalam Anti perundungan:
- Tumbuhnya kesadaran murid untuk menghindari perilaku perundungan.
- Suasana di sekolah menjadi aman dan nyaman karena murid tidak lagi melakukan perundungan, baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah.
- Terbangunya semangat untuk meningkatakan literasi membaca dan bercerita
- Siswa merasa percaya diri ketika guru meminta mereka untuk membaca nyaring di depan kelas.
- Menghasilkan produk atau karya laporan membaca berupa fishbone, AIH, infografis, komik, puisi, cerpen, artikel, atau karya lainnya sesuai bakat dan minat masing-masing.
II. PERASAAN (FEELINGS)
Banyak hal yang dirasakan sebelum, ketika dan setelah melakukan aksi nyata. Di awal muncul perasaan tidak yakin bahwa proses ini akan berjalan baik dan mendapat dukungan dari semua pihak, namun setelah berkoordinasi dengan semua pihak terkait Alhamdulillah mereka mendukung program ini karena kegiatan ini merupakan aktivitas positif dan tentunya berdampak pada murid.
Ketika melaksanakan kegiatan ada perasaan kurang puas dengan kondisi peserta didik karena masih tampak beberapa murid yang kurang berminat dalam mebaca dan menyampaikan laporan hasil membacanya. Melihat kondisi ini saya pun melakukan coaching dengan mereka sampai akhirnya mereka menemukan solusi sendiri atas hambatan yang dialaminya, terkait kurangnya minat mereka dalam membaca. Selanjutnya saya pun menyampaikan perkembangan kondisi literasi membaca murid kepada wali kelas dan koordinator literasi di setiap jenjang.
Setelah melakukan aksi nyata muncul perasaan lega karena ada perubahan yang cukup berarti. Mereka mulai menampakkan minatnya dalam literasi. Hal ini tampak dari karya-karya mereka setelah ia membaca melalui karya positif dengan berbagai bentuk. Perubahan terjadi secara perlahan-lahan, namun pasti sampai akhirnya terjadi pembiasaan. Inilah yang kami harapkan yaitu adanya perbubahan paradigma pengambilan keputusan jangka pendek melawan jangka panjang. Di mana proses perubahan yang terjadi secara perlahan dalam jangka pendek dapat berarti untuk perubahan jangka panjang.
III. PEMBELAJARAN YANG DIPEROLEH (FINDING)
Pembelajaran diawali dengan sosialisasi, konsolidasi, komunikasi dan komitmen bersama dalam mewujudkan perubahan karakter positif dan budaya positif peserta didik di sekolah. Alhamdulillah kami dapat menjalankan kegiatan bersama murid yang tentunya atas dukungan guru, wali kelas, dan semua perangkat pimpinan sekolah. Saya merasa bahwa kegiatan aksi nyata ini mampu mengubah paradigma positif dalam pengembangan budaya positif di sekolah. Hal ini tampak dari munculnya agen perubahan dalam hal kepemimpinan anti perundungan dan kempetensi literasi membaca dan berbicara ke arah yang lebih baik.
Hambatan yang ada yaitu masih ada beberapa siswa yang melakukan perundungan secara verbal dan beberapa siswa yang belum mampu menuangkan gagasannya ke dalam bentuk karya. Hal ini menjadi PR bagi kami untuk terus memacu dan memotivasi mereka sampai tidak ada lagi perilaku perundungan di sekolah dan semua siswa mampu melakukan literasi membaca dan berbicara dengan baik serta menghasilkan karya yang baik pula.
IV. RENCANA PERBAIKAN DI MASA DEPAN (FUTURE)
Selaku CGP saya terus berkomitmen untuk melaksanakan aksi nyata ini sebagai perilaku positi dan perlu dikembangan di sekolah sampai akhirnya menjadi budaya positif. Saya berharap semua warga sekolah pun tetap berkomitmen untuk menghilangkan perundungan di sekolah kami dan membudayakan literasi emmbaca dan berbicara di sekolah sampai akhirnya kegiatan ini emnjadi budaya yang terus menerus berlangsung tantapa henti karena perubahan positif ini akan dirasakan sampai kapan pun dan di mana pun. Kegiatan ini merupakan hal yang dianggap kecil dan sederhana, tetapi dampaknya akan dirasakan oleh semua siswa secara holistik dan kosnisten.
CGP pun akan terus melakukan kerja sama sengan semua pihak yang terkait agar kegiatan ini tidak berhenti di tengah jalan dan terus melakukan monev, pembelajaran dan refleksi secara optimal (MELR). Kami pun berencana untuk melakukan monev setiap sebulan sekali untuk melihat perubahan perilaku peserta didik. Tetap semangat dan terus berbuat kebaikan demi perubahan positif yaitu peningkatan karakter positif perserta didik dan pembelajaran yang berdampak pada murid